30/04/09

Anggaran PNPM Mandiri Ditambah Rp 4 Triliun

Jakarta, Kominfo Newsroom -- Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta mengatakan, untuk pemulihan ekonomi pada tahun 2010, alokasi anggaran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri akan ditambah sebesar Rp 4 triliun dari tahun 2009 yang hanya Rp 13,7 triliun.

''Penambahan alokasi dana PNPM itu ditempuh sebagai bagian dari upaya penjangkauan program tersebut ke seluruh kecamatan di Indonesia,'' kata Paskah usai rapat koordinasi di gedung Depkeu Jakarta, Rabu (15/4).

Menurutnya, pada tahun 2010 pemerintah menginginkan program PNPM bisa dijangkau seluruh kecamatan di Indonesia. Namun, diakuinya, di sisi lain, penambahan alokasi PNPM tersebut tentu membawa konsekuensi terhadap peningkatan beban anggaran.

Oleh karena itu, tambahan alokasi dana Rp4 triliun bagi program PNPM pada 2010 akan diperoleh dari hasil penghematan atau optimalisasi pelaksanaan program-program yang diselenggarakan pada 2009.

''Dengan adanya alokasi pendanaan PNPM yang meningkat, diharapkan setiap kecamatan akan mendapatkan dana langsung Rp 3 miliar,'' katanya.

Dijelaskannya, selain PNPM, pada tahun 2010 pemerintah juga akan meneruskan program-program peningkatan kesejahteraan masyarakat, yaitu Biaya Operasional Sekolah (BOS), Jaminan Kesehatan Masyarakat, Kredit Usaha Rakyat, Beras untuk Masyarakat Miskin, dan penyediaan rumah sakit gratis bagi masyarakat tidak mampu.

''Intinya, tahun 2010 adalah tahun pemulihan ekonomi. Fokus pemerintah pada program-program Jaring Pengaman Sosial adalah menambah luasan cakupan programnya,'' katanya. (T.Ia/ysoel)

Sumber : www.endonesia.com

PNPM Mandiri 2009 Baru Terserap Rp 149 Miliar

Daftar Isian Pengguna Anggaran (DIPA) Luncuran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) tahun anggaran 2009 total sejumlah Rp339 miliar, baru terserap Rp149,4 miliar, atau 44%-nya. Padahal sisa waktu yang tersedia untuk penyerapan DIPA luncuran tinggal 28 hari. DIPA luncuran merupakan dokumen anggaran yang belum terserap selama tahun anggaran 2008 untuk dilaksanakan ditahun ini. Penyerapan DIPA luncuran dilaksanakan bulan Pebruari sampai dengan April 2009.

“Kami melalui Tim Pengendali PNPM Mandiri akan memantau secara intensif untuk memastikan DIPA Luncuran dapat dilaksanakan secara maksimal,” kata Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, Sujana Royat, di Jakarta.

Menurut Sujana, untuk mempercepat penyerapan DIPA luncuran Kementerian Kesra telah mengirim surat kepada kementerian/lembaga terkait untuk mempercepat pembentukan Satker dan mobilisasi fasilitator untuk program-program PNPM Mandiri.

DIPA luncuran tersebut berbentuk dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang dialokasikan untuk PNPM Perdesaan sebesar Rp124,70 miliar, PNPM Perkotaan Rp24,31 miliar, dan PNPM Daerah Tertinggal dan Khusus Rp190 miliar.

Hingga 20 Maret 2009, DIPA luncuran yang baru terserap di PNPM Perdesaan mencapai Rp102.399 miliar atau 82,12%. Untuk PNPM Daerah Tertinggal dan Khusus, hingga 25 Maret 2009, anggaran yang terserap sebesar Rp47 miliar atau 24,74%. Sedangkan PNPM Perkotaan hingga saat ini masih belum terserap sama sekali.

Menurut Sujana, lambatnya penyerapan tersebut disebabkan dikarenakan pembentukan satuan kerja (Satker) yang terlambat, khususnya untuk PNPM Perdesaan dan PNPM Perkotaan.

Akan tetapi, lanjut Sujana, untuk PNPM Perdesaan masalah tersebut saat ini sudah diselesaikan. Untuk PNPM Perkotaan, masih ada kendala karena Satker yang ditetapkan baru 150 dari 187 Satker yang dibutuhkan. Sedangkan 150 Satker yang sudah ditetapkan masih menunggu petunjuk pelaksana DIPA luncuran dari Dirjen Cipta Karya.

Untuk PNPM Daerah Tertinggal dan Khusus, menurut Sujana, pada awalnya mengalami keterlambatan pada 3 provinsi yaitu Maluku, Maluku Utara, dan Sulawesi Tenggara yang wilayahnya sulit dijangkau karena memiliki banyak pulau.

Keterlambatan tersebut, umumnya disebabkan oleh faktor cuaca dan gelombang laut yang tinggi sehingga menghambat mobilitas para konsultan/fasilitator. Oleh karena cuaca saat ini sudah mulai bersahabat para konsultann/fasilitator sudah memulai pelaksanaan DIPA luncuran sejak 2 minggu lalu. (Sumber: www.kabarindonesia.com, edisi 07 April 2009 oleh Kunto Prastowo; Firstavina) Lihat Sumber aslinya Klik disini

27/04/09

PENCAIRAN DANA PNPM MANDIRI 2009

Sabtu tanggal 25 April 2009, menjadi bukti sejarah bahwa BKM " SEJAHTERA " Kelurahan Kamonji masih tetap eksis dan ikut andil dalam upaya pemerintah dalam pengentasan kemiskinan.
Acara Pencairan dana PNPM P2KP secara simbolis menandai mulai berlangsungnya kegiatan Tahap II PNPM Mandiri yang terdiri dari kegiatan lingkungan dan kegiatan sosial. Hadir dalam Acara tersebut ; Lurah Kamonji Kecamatan Palu Barat (JUHRI AHMAD), Koordinator BKM "Sejahtera " (RIDWAN MASKATI, Sm.Hk), IMRAN Hi ANWAR selaku anggota BKM sekaligus menjadi pembawa acara (MC;Red), ABD HARIS ABUSTAM Selaku UPL, IBU AIMAN Selaku Fasilitator Senior untuk kelurahan Kamonji, Ketua Tim Pengarah Partisipatif (FUAD ZUBAIDI, ST. M.Sc), dan beberapa Anggota BKM, Ketua KSM , Ketua RT/RW Kelurahan kamonji dan Beberapa Partisipan yang turut hadir.
Pelaksanaan Kegiatan PNPM Mandiri terdiri dari 17 item kegiatan lingkungan yang tersebar dibeberapa RT/RW dikelurahan Kamonji ditambah dengan kegiatan penerangan lingkungan dan bantuan bahan bangunan Rumah (BBR). Selain kegiatan lingkungan, kegiatan Sosial terdiri dari 3 Kegiatan Item yaitu : Bantuan Perlengkapan Anak Sekolah, Bantuan Asupan Gizi . dan Pelatihan Perbengkelan Las yang di nahkodai oleh Bpk HERMAN.

Seharusnya Acara Penyerahan dana secara Simbolis tersebut menjadi momentum dan wadah bagi masyarakat untuk lebih menyatukan persepsi tentang bagaimana menghargai dan menjaga lingkungan melalui kerjasama serta bahu membahu dalam peningkatan kualitas lingkungan khususnya di Kelurahan Kamonji. Melaksanakan kegiatan secara baik penuh dedikasi dan tanggung jawab merupakan salah satu upaya guna meningkatkan kualitas lingkungan. Selain hal tersebut diharapkan masyarakat dapat menjaga serta mengawasi pelaksanaan kegiatan tersebut secara bersama-sama dan penuh itikad baik membangun kelurahan Kamonji kearah yang lebih baik agar tidak terjadi pembentukan firkah-firkah atau molekul-molekul di masyarakat seperti yang di katakan Lurah Kamonji; JUHRI AHMAD dalam sambutannya membuka acara penyerahan dana PNPM Mandiri secara simbolis

SEKILAS TENTANG BKM SEJAHTERA

BKM “ SEJAHTERA “ Kelurahan Kamonji, dibentuk tanggal 18 November 2005 dan tercatat di akta notaris ADNAN UMAR ANAND, SH, MH Nomor : 14 tahun 2005. Sekretariat BKM “ SEJAHTERA “ berada di jalan Cempedak No. 32 Palu yang juga merupakan tempat tinggal (Rumah) Koordinator BKM: Bpk RIDWAN MASKATI, Sm.Hk. Saat ini Jumlah anggota BKM yang masih aktif dan duduk dalam anggota pimpinan kolektif berjumlah 9 orang setelah sebelumnya diadakan reshuffle anggota BKM.

Beberapa Kegiatan telah dan sedang ditangani oleh BKM “ SEJAHTERA “ antara lain yaitu Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) Tahap 1 dan Tahap 2, PNPM Mandiri, dan NUSSP disamping beberapa kegiatan lain yang tengah berlangsung.

23/04/09

LAND USE
Berdasarkan hasil survey dengan menggunakan Peta Badan Koordinasi Survey Tanah Nasional Skala 1 : 50000 Tahun 1993 dan SIMKOT Palu Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Palu tahun 2005, penggunaan lahan di kelurahan Kamonji terdiri dari kebun, lahan kosong, permukiman dan sawah. Penggunaan lahan di dominasi hampir 90% oleh permukiman


Tata
Bangunan

a.
Kondisi Bangunan
Penilaian kondisi bangunan pada kawasan permukiman di kawasan Kelurahan Kamonji secara keseluruhan dalam keadaan memadai, hal ini ditinjau dari segi jumlah bangunan perumahan yang ada pada kawasan tersebut yang sebagian besar masyarakat menggunakan material beton, serta atap seng. Namun ada beberapa hunian penduduk yang masih menggunakan material kayu (rumah papan). Kondisi fisik hunian permukiman pada Kelurahan Kamonji berdasarkan pengamatan di lapangan terdiri dari bangunan permanen dan semi permanen.
b. Kepadatan Bangunan
Kelurahan Kamonji memiliki luas wilayah sebesar 0,85 km2 sedangkan luas lahan yang dipergunakan untuk bangunan di Kelurahan Kamonji sekitar 0,70 km2. Sesuai dengan data tersebut maka dapat diketahui Kelurahan Kamonji memiliki kepadatan bangunan yang sangat padat. Sehingga di Kelurahan Kamonji kurang memiliki lahan terbuka (open space).

SEJARAH KELURAHAN KAMONJI

Kelurahan Kamonji yang ada pada umumnya adalah suatu Wilayah yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Kampung Kamonji, sebagaimana halnya dengan desa Kelurahan lainnya. Istilah kampung ini bertahan cukup lama sampai kira-kira pada tahun 1959. Nanti setelah dikenalnya istilah Desa dalam tata pemerintahan kita, baru masyarakat secara perlahan-lahan mulai menyebut dengan istilah Desa Kamonji.

Masyarakat yang hidup di wilayah ini cukup langgeng terbentuk dengan dasar sebagai homogenetas, walaupun pada mulanya masih dalam jumlah yang relatif kecil. Akan tetapi mereka telah hidup dalam satu kelompok, dan masyarakat dalam kelompok itu saling mengadakan interaksi diantara satu sama lain. Akibat adanya interaksi itu membawa dimana populasi mereka makin bertambah besar, mereka mulai hidup secara berkelompok-kelompok dan terpencar-pencar ditempat-tempat tertentu serta mencari pemukiman yang nyaman dan cocok untuk kelangsungan hidupnya. Misalnya pada waktu itu, disebelah Utara Wilayah ini terdapat satu pemukiman penduduk yang disebut Baruga (Ngata), disebelah timur disebut Siranindi, disebelah barat disebut Pogego. Keadaan ini berlangsung pada masa Kerajaan Palu memerintah dengan penguasa tertinggi disebut Magau. Magau yang memerintah pada waktu itu adalah Yojokodi yang mempunyai pendamping yang disebut Dewan Adat Patanggota (empat kota) yang terdiri dari :

a) Punggawa (Menteri Dalam Negeri)

b) Pabicara (Menteri Penerangan)

c) Baligau (Menteri Luar Negeri)

d) Galara (Menteri Kehakiman)

Dalam perkembangan selanjutnya, masyarakat mulai mendirikan rumah-rumah, memperluas tempat pemukiman, melakukan aktivitas pertanian, berternak, sehingga wilayah ini menjadi komunitas masyarakat yang cukup luas. Masyarakat yang hidup berpencar-pencar dibeberapa tampat telah dihimpun dan disatukan oleh seorang yang diangkat sebagai kepala kampung yang memerintah atas dasar hokum adat kampung, sehingga masyarakat menjadi satu kesatuan yang mempunyai populasi yang besar.

Setelah mengalami proses perkembangan seiring dengan mobilitas secara terus-menerus, maka sampai pada tahun 1963 kampung Kamonji ini dimana tata pemerintahannya mulai teratur baik, telah dikenal dengan sebutan Desa Kamonji bertepatan dengan masa memerintahnya seorang yang bernama G. Daeng Malindu ini makin terbuka dari keterisolasian dan beberapa bagian kecil kelompok etnis mulai masuk untuk tinggal dan bercampur dengan masyarakat yang telah ada sebelumnya (Kaili). Kelompok etnis yang dating ini antara lain suku Bugis, Arab, Manado, Jawa dan lain-lain.


KONDISI GEOGRAFIS KAMONJI

Kondisi Geografis
Letak dan batas – batasnya

Secara Geografis Kelurahan Kamonji berada dikawasan Kotamadya Palu Propinsi Sulawesi Tengah, yang terdiri dari 15 RT dan 6 RW. Dengan luas wilayah 0,85 Km2, pada ketinggian 8 m diatas permukaan laut dan beriklim tropis, dengan suhu udara rata – rata 35oC.

Adapun batas wilayah Kelurahan Kamonji sebagai berikut :

§ Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Lere dan Kelurahan Baru.

§ Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bayaoge

§ Sebelah Timur Berbatasan dengan Kelurahan Siranindi.

§ Sebelah Barat Berbatasan dengan Kelurahan Donggala Kodi.


Kondisi Demografis

a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

§ Jumlah penduduk di Kelurahan Kamonji berkisar 7.287 jiwa.

§ Kepadatan Penduduk di Kelurahan Kamonji berkisar 8.573 jiwa / Km2 dengan luas wilayah sebesar 65,60 Ha.

b. Komposisi penduduk menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Kelurahan Kamonji berkisar 7.287 jiwa mendiami wilayah seluas 0,85 Km2, dengan angka kepadatan penduduk 8.573 jiwa / Km2. Jumlah penduduk berjenis kelamin laki- laki sebanyak 3.634 jiwa dan perempuan 3.653 jiwa. Masyarakat di Kelurahan Kamonji sebagian besar menganut agama islam, kemudian diikuti oleh agama Kristen, Khatolik, Budha dan Hindu.

Laju pertumbuhan angka kerja relatif sangat kecil dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk. Hal ini disebabkan kondisi ekonomi yang mengalami krisis berkepanjangan yang cenderung membahayakan peluang kesempatan kerja jika dilihat dari struktur umur produktif (16 – 61 tahun keatas) atau usia dewasa terdapat 7.720 jiwa, struktur usia tersebut merupakan potensi tenaga kerja produktif yang secara kuantitatif sangat kasar, sedangkan jika dilihat dari kualitas pendidikan potensi tersebut sangat sedikit.


Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi

Masyarakat Kelurahan Kamonji yang terdiri dari berbagai etnis sebagai hasil pembauran kebudayaan etnis kalili yang notabenya etnis asli setempat dengan etnis pendatang seperti Bugis, Arab, Cina serta etnis pendatang lainnya. Mayoritas penduduk kelurahan Kamonji memeluk agama Islam, sehingga kondisi sosial budaya yang bernuansa Islami sangatlah kental kita jumpai di seluruh pelosok Kelurahan Kamonji, sekarang dikenal masyarakat kota Palu sebagai daerah pusat perdagangan dan jasa. Karena Kelurahan Kamonji merupakan pusat perdagangan dan jasa menjadikan daerah tersebut sebagai daerah pusat pertumbuhan ekonomi dan sebagai daerah ciri khas daerah pusat ekonomi terjadi asimilasi kebudayaan masyrakat asli dengan masyarakat pendatang kemudian membaur menjadi satu kesatuan. Pada Kondisi sekarang Kelurahan Kamonji didominasi oleh etnis Bugis yang hidup damai dengan masyarakat beretnis lainnya dengan nilai toleransi yang tinggi.

Ditinjau dari segi ekonomi Masyarakat Kelurahan kamonji rata-rata bekerja dibidang pelayanan jasa dan perdagangan untuk wilayah kota Palu, yang berkisar 194 usaha, sedangkan yang menjadi buruh dibidang niaga mencapai 186 jiwa, rata-rata penduduk di Kelurahan kamonji menggeluti mata pencaharian di bidang non agraris. Hal ini dipengaruhi karena letak Kelurahan Kamonji berada di tengah pusat perdagangan dan jasa angkutan kota palu, sehingga mata pencaharian mayoritas penduduk Kelurahan Kamonji adalah dagang dan jasa.